Gadjah Wong Resto: 23 Tahun Menebar Semangat Mindful Eating Untuk Customernya.

Melewatkan malam minggu bersama keluarga sembari ditemani sajian istimewa dan di tempat istimewa tentu semakin membawa perasaan bahagia. Moment makan untuk sebagian orang termasuk saya terkadang memunculkan suka cita dan semangat baru. Saya setuju, makan tak harus mahal dan dalam porsi banyak untuk membuat kenyang dan dikategorikan mewah. Makanan sehat, kaya nutrisi dan diolah dengan cara yang tepat semakin membuat istimewa perasaan hati, jiwa dan raga kita.

            Salah satu resto di Yogyakarta yang saya datangi di akhir pekan lalu adalah Gadjah Wong Garden Restaurant yang berlokasi di Jalan Gejayan. Tempat cantik nan hijau dengan atmosfer budaya Jawa, Bali dan Eropa ini sungguh membuat betah berlama-lama di sana. Siapa sangka dulunya tempat ini adalah lahan pembuangan sampah yang justru tidak pernah dilirik orang dan menimbulkan polusi udara, air dan tanah.

Pintu masuk restaurant ini bisa melalui akses sisi barat di depan jalan raya Affandi (dh. Gejayan) ataupun sisi timur yang terdapat dibagian belakang bangunan. Akses bagian belakang ini langsung menuju ke ruang bebek yang dilengkapi piano besar di sudut ruang. Biasanya di malam hari saat pengunjung ramai ruang ini melantunkan musik klasik.

Membuka buku menu, malam itu saya tertarik mencoba menu India diantara menu Indonesia dan Italy lainnya. Menu pembuka (appetizer) yang saya cicip adalah Beef Bitterballen dan Samosa. Keduanya memberikan kesan cita rasa yang berbeda. Rempah-rempah di dalam Samosa begitu kaya rasa berpadu dengan colekan yoghurt dan fresh mint. Potongan sayur yang masih utuh juga menambah mantap rasa dan tekstur Samosa.

Selanjutnya saya memilih menu soup ala India yaitu Mullygatawany with lentil. Sangat bersemangat mencoba soup ini karena sering mendengar lentil sebagai bahan yang sering dipakai dalam kuliner India. Soup ini disajikan agak pedas sesuai permintaan saya bersama roti Chapati atau Naan Bread. Beberapa rempah juga mendominasi soup ini walaupun tetap terasa ringan di lidah.

Menu utama (main course) yang saya pilih adalah Rogan Josh. Menu ini ternyata sangat special dan masuk dalam kuliner India terpopuler yang konon berasal dari Kashmir. Irisan daging lamb ternyata sangat empuk. Pada suapan pertama, saya merasa seperti mencicip gulai atau curry tetapi dalam versi aromatik yang berbeda. Masih disajikan dengan Naan bread dan yoghurt, saya sungguh menikmati setiap potongannya. Untuk lidah saya yang menyukai kaya rasa, merasakan daun ketumbar, cengkeh dan tomat segar secara bersamaan membuat mood  semakin baik. Oh yaa, ada taburan almond panggang di atas Rogan Josh ini yang membuat senyum ketika menyendoknya.

Saya menikmati makanan yang disajikan di sebuah joglo yang dinamakan ruang Gadjah. Joglo ini menghadap ke arah lahan berundak yang mengarah ke sungai Gadjah Wong. Sebuah joglo lain yang lebih besar bernama ruang Kura-kura berada di sebelah utara dan dilengkapi dengan perangkat gamelan jawa.

Banyak ikon gadjah tersebar di berbagai sudut restaurant. Nama Gadjah Wong sendiri selain karena adanya sungai Gadjah Wong yang mengalir disekitar lahan juga berarti Ganesha yaitu Dewa Pengayom dalam kepercayaan Hindu.

Sudut-sudut cantik berupa lorong, balkon, ornament pintu dan jendela yang melengkung menambah kental nuansa kolonial di tempat ini. Berpadu cantik dengan arsitektur jawa berupa joglo dan tatanan tanah yang berundak seperti landscape di Bali. Berkeliling tempat ini juga menambah rasa syukur bahwa kita berada di tanah Indonesia yang sangat subur, kaya budaya dan bermacam tanaman tropis yang tumbuh.

Ornament jendela melengkung

Sebagai makanan penutup (dessert) saya memilih home made ice cream dengan cita rasa unik ginger, cinnamon dan vanilla. Saya belum menemukan ice cream ini di tempat lain. Diantara ketiga rasa ice cream yang disajikan yang paling menjadi pilihan saya adalah rasa cinnamon dengan tekstur kayu manis yang dihancurkan menyerupai butiran sebesar pasir. Keunikan rasa dan  kreativitas ide dalam kuliner ini wajib dicoba. Saya sungguh merekomendasikan inovasi ini.

Ginger, Cinnamon, Vanilla Ice Cream.

            Restaurant ini buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 12.00 hingga 21.00. Pada siang hari disajikan menu pilihan Indonesia dan Mexico dan pada malam hari dengan menu pilihan Indonesia, India dan Italy. Beberapa menu juga ingin saya coba di lain waktu karena semua yang telah saya cicip malam itu sangat memuaskan dan meninggalkan kesan menyenangkan saat beranjak pulang.   

Tertarik dengan hal-hal tentang makanan, saya mempunyai koleksi Ensiklopedia Makanan. Sangat menyenangkan dan mengejutkan mengetahui bahwa garam, gula dan kopi adalah barang dagangan yang sangat berharga pada abad pertengahan Bahkan perdagangannya diawasi sangat ketat.

            Selaras dengan konsep mindful eating yang diusung Gadjah Wong restaurant, kita juga dapat belajar tentang manfaat makanan. Makan harus dalam keadaan penuh kesadaran, membawa manfaat dan menimbulkan efek baik. Efek baik makanan selain membantu pertumbuhan dan melindungi diri dari berbagai penyakit, makan makanan yang baik juga dapat menimbulkan zat-zat yang dapat membantu menyembuhkan penyakit.

            Terkadang kita juga makan kudapan ketika kita tidak dalam keadaan lapar. Kudapan  acap kali membuat kita senang karena merupakan sesuatu yang kita sukai. Tapi hati-hati, jangan sampai berlebihan. Perhatikan kalori yang masuk. Tidak semua makanan ringan kalorinya juga ringan. Jika kita memakan gula dan lemak lebih banyak dari yang kita butuhkan, tubuh akan menyimpannya. Akibatnya kita akan menjadi gemuk.

            Mindful eating juga mengajarkan kepadaku cara makan yang baik. Makan dalam keadaan sadar pada apa yang kita makan, makan perlahan-lahan sambil mengamati apa yang masuk ke dalam tubuh dan mengetahui kwalitas makan seperti kebersihan dan kesegaran bahan. Gadjah Wong restaurant juga menanam berbagai bumbu yang digunakan di area kebunnya. Saus yang dipakai dalam sajian menu makanannya juga bukan saus pabrikan melainkan diolah sendiri dari tulang ayam, sapi atau lamb kemudian ditambahkan bawang bombay, bawang merah dan bawang putih dengan proses caramelized. Tentu saja, tidak menggunakan bumbu MSG atau penyedap rasa karena semua bumbu dibuat dari dapur sendiri.

Gadjah Wong Garden Restaurant

Jln. Affandi, Soropadan, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55281

(0274) 588294.

Selasa – Minggu

Lunch: 12.00-17.00

Dinner: 18.00-21.00

Berbuka Puasa dengan Indian Food Buatan Sendiri

Teman-teman suka berbuka puasa dengan menu apa? Mungkin suka mencoba-coba makanan asing atau makanan kekinian yang sedang trending di Instagram?

Beberapa hari lalu saya mencoba membuat Chapati dan Dal makanan khas India yang banyak ditemui pula di Pakistan. Walaupun menggunakan tepung terigu lokal Indonesia dan bahan-bahan yang mudah didapatkan, cita rasanya mirip kok dengan aslinya.

Tahun lalu, si Papap kesayangan berkesempatan belajar dan mengunjungi negara India dan Pakistan. Sepulang kerumah yang banyak diceritakan ke saya adalah kulinernya karena emaaaang istrinya ini suka makan, suka jajan, jarang masak. Moment bercerita tentang Chapati ini sukses membuat saya jadi rajin memotong bombay dan bikin adonan Chapati. Hahahaha…

Buat temen-temen yang mau mencoba buat, praktekkin bareng yuk..Bahan yang harus disiapkan untuk membuat Chapati adalah tepung terigu, lebih baik yang kandungan gandumnya lebih banyak, telur, garam, olive oil dan air matang. Sedangkan untuk membuat Dal atau isiannya digunakan kacang lentil, seledri, bawang bombay, daging (tentatif bila suka), tomat, kentang dan bubuk kari.

Cara membuatnya juga simple kok. Untuk membuat Chapati, campur terigu gandum, telur, garam sedikit, olive oil 1 sdm dan air sedikit demi sedikit sampai membentuk adonan. 1/4 kg terigu menggunakan 1 butir telur ayam dapat menghasilkan 7-8 lembar Chapati. Setelah jadi adonan dan telah didiamkan minimal 30 menit gunakan penggiling roti  sehingga menjadi lembaran seperti kulit lumpia. Setelah jadi lembaran, siapkan api kemudian goreng menggunakan wajan anti lengket dengan sedikit Olive Oil. Tanda Chapati matang yaitu ada warna kecoklatan pada permukaannya. Chapatinya sudah jadi deh…

Lanjutkan buat Dal atau kuah isiannya yuk..Caranya, rebus kacang lentil dengan daging sampai mendidih. Setelah mendidih masukkan kentang potong dadu, bubuk kari, bawang bombay, seledri, tomat yang sudah dicincang. Aduk dan perhatikan tekstur kacang sampai agak lembut menyerupai sup cream jagung. Ubah apinya menjadi lebih kecil sampai berbau harum kari dan daging.

Bila lebih suka selera pedas, potong cabe rawit setelah matang dan tambahkan sebagai isian. Cara makan orang Pakistan menurut Papap, sebenarnya disobek Chapati dan celupkan pada  Dal sebelum dimakan. Tetapi ala saya tetap ambil sendok untuk mengambil material daging dan kentang yang masih terlihat utuh saat makan Chapatinya.

Oh yaaa, Chapati juga disebut dengan nama berbeda di belahan daerah lain seperti Bangladesh, Nepal, dan Arab. Ada yang menyebutnya dengan Pita Bread, Paratha dan Roti Arab. Seperti India yang mempunya kondisi geografis yang beragam dan kaya rempah-rempah, daging sapi tidak digunakan dalam Dal tetapi lebih vegetarian dan berempah. Tetapi ala Pakistan campuran daging biasa digunakan.

Chapati ini bisa sebagai pengganti nasi. Saat berpuasa seperti sekarang, Chapati ini lebih ringan di perut dengan kandungan serat lebih tinggi dan energi lebih lama. Jadi lebih sehat juga khan? Dengan makan 2 lembar saja sudah mencukupi energi selama berpuasa 12 jam Insya Allah. Selamat mencoba juga yaa….