Menyambangi Dappoermu, Ada Nasi Kebuli dan Kambing Guling yang Wajib Kamu Coba!

 

Pernahkah menikmati nasi kebuli di tengah hamparan sawah, ladang tebu serta ladang jagung mengelilingi? Akhir pekan lalu, suasana asri itu menemaniku mencicip sebuah signature menu khas Dappoermu, Nasi Kebuli beras Basmati dengan kambing panggang atau lebih dikenal popular sebagai kambing guling.

Nasi Kebuli yang ditawarkan memang agak berbeda dari yang biasa kucicip. Pernah mencicip nasi kebuli ala Arab, India, Pakistan dan Aceh ternyata nasi kebuli Dappoermu ini bercita rasa bumbu racikan Papua. Tidak seperti nasi kebuli umumnya yang cenderung creamy, nasi kebuli Dappoermu cenderung kering, rapi dengan rasa rempah timur tengah yang tidak terlalu kuat. Hampir tidak kutemukan minyak diantara nasi. Rasanya cocok dengan selera nusantara. Ada beberapa pilihan menu nasi kebuli yang layak dicoba juga yaitu nasi kebuli kambing, nasi kebuli ayam, nasi kebuli ikan nila, nasi kebuli telur dan nasi kebuli tahu tempe. Harga nasi kebulinya juga cukup terjangkau berkisar antara 15-38rb saja. Karena aku pecinta kambing, aku pilih nasi kebuli kambing yang tasty abis. Lupakan sejenak darah tinggi dan netralkan dengan minum es timun serut yang seger. Wah ini sih kombinasi yang enak parah. Jangan sampai ngga cobain!

Sedangkan Kambing Guling Dappoermu ini harus dipesan terlebih dahulu. Hidangan ini cocok sekali untuk acara gathering, arisan, meeting informal dan acara outdoor lainnya. Sebuah kambing guling bisa disajikan untuk 40-60 porsi tergantung berat dan besar kambing dengan pilihan rasa yang bisa dipesan yaitu gurih pedas atau gurih manis. Kambing Guling yang kucicip kemarin benar-benar fresh, tebal tetapi empuk. Sempat menyaksikan cara memasaknya, kambing guling ini dioles bumbu rahasia kemudian diguling di atas briket batu bara selama satu setengah jam. Pantas saja rasa gurihnya terasa meresap hingga lapisan terdalam daging. Oya, untuk kambing guling harganya antara 1,5 hingga 3,5jt.

 

Makanan tradisional juga melengkapi sajian di Dappoermu.  Kalau kamu kangen masakan rumahan karena keseringan jajan kekinian dan males masak coba saja ke Dappoermu. Beberapa sayur, lauk pauk dan gorengan ala Dappoermu bisa dicicip dengan harga yang sangat terjangkau. Bahkan nasi, sayur dan juga aneka sambal bisa dicoba sepuasnya hanya dengan Rp 10.000  saja. Tinggal menghitung seberapa banyak lauk dan gorengan yang menemaninya.

 

Oh yaa, kalau kamu butuh inspirasi dan pengen ngopi, Dappoermu juga menyediakan kopi khas Papua yang jarang kita temui di coffeeshop lain. Kopi jenis robusta Ambaidiru diambil dari ketinggian 800 Mdpl kota Serui, sebuah kabupaten di Papua. Seperti jenis kopi robusta lain yang mendominasi di Indonesia, kopi Ambaidiru bercita rasa kuat dan cenderung pahit. Sayang sekali, karena terlalu kenyang menyantap nasi kebuli dan kambing guling, kopi ini belum sempat kucicip. Tak hanya itu, ada pula kopi jenis arabica Black Gold yang berasal dari Wamena, kab Jayawijaya. Jika kamu pecinta kopi Indonesia, wajib coba juga dua pilihan kopi spesial ini.

Tak perlu khawatir kehabisan tempat, karena selain ada area indoor yang cukup luas di joglo utama, beberapa set kursi di teras, view di outdoor juga tak kalah seru untuk dinikmati. Jika tiba waktu sholat dan masih menyantap makanan, tak perlu khawatir untuk tertinggal karena ada mushola di bagian belakang.

Tertarik mencicip aneka menu di Dappoermu? Lokasi Dappoermu berada di Jln Nglengkong Besi No 11,  Area Sawah, Sukoharjo, kec. Ngaglik, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Buka mulai 07.30 hingga 19.30 setiap hari dan libur di hari Senin.

Sego Berkat, Kuliner Hits di Masa PPKM.

Sego Berkat ini tak sengaja kutemukan di suatu kedai sederhana di Jogja tak jauh dari kawasan Malioboro. Di depan kedai itu terlihat sebakul daun jati lebar tertumpuk agak banyak. Meja di sebelahnya dipenuhi sajian lauk pauk ala masakan rumahan.

Sepintas, Sego Berkat ini mirip dengan nasi rames atau nasi langgi. Arti Sego Berkat sendiri adalah nasi disertai lauk pauk lengkap yang dibagikan kepada tetangga atau kerabat saat ada hajatan keluarga pada masyarakat Jawa Tengah.

Saat ini lazimnya Sego Berkat sudah dikemas dengan lebih cantik menggunakan besek bambu atau kardus tetapi Sego Berkat tradisional masih menggunakan daun pisang atau daun jati untuk membungkus makanan.

 

Beruntung hari itu aku masih bisa mendapat Sego Berkat versi tradisional dengan pilihan lauk yang cukup beragam. Ada bihun goreng, oseng tempe, balado kentang dan srundeng sebagai menu utamanya dan ada tambahan menu pilihan lauk seperti tahu bacem, tempe bacem, telur pindang, Yang menarik perhatianku adalah menu tambahan istimewa dengan empal, babat dan iso. Sebungkus Sego Berkat dapat kita beli dengan harga mulai Rp 5.000 hingga Rp 20.000 tergantung pilihan lauknya. Rasanya cukup murah dan mengenyangkan. Pengalamanku mencicip Sego Berkat menyisakan ingatan nasinya habis duluan karena lauknya terlalu banyak.

Di Masa PPKM ini, Sego Berkat terbilang laris sebagai pilihan menu karena tidak memerlukan layanan makan di tempat. Orang membeli Sego Berkat karena pilihan lauk yang sudah lengkap dalam satu bungkus dan keunikan daun jati sebagai pembungkus. Bahkan beberapa penjual bakso dan mie jawa yang kutemui sementara beralih berjualan Sego Berkat. Mereka merasa lebih praktis karena tidak memerlukan perlengkapan mangkok dan sendok yang harus dicuci, bebersih tempat saat tutup lapak dan mematuhi anjuran pemerintah yang melarang makan ditempat apalagi berkerumun saat berjualan.

Tak ayal, pandemi ini telah mengubah hidup dan meruntuhkan ekonomi. Para pelaku usaha berusaha keras memutar otak untuk bertahan. Salah satu fenomena adalah menggantinya dengan berjualan makanan matang atau bahan makanan. Sebagian dari masyarakat kita meyakini bahwa berjualan kebutuhan pokok pangan pasti akan selalu dibutuhkan dan menghasilkan rupiah dengan cepat. Harian Jogja melaporkan pada September 2020 seorang pengusaha camilan stik growol di Kulon Progo bernama Sri Puji Astuti yang bisnisnya anjlok signifikan akhirnya berjualan Sego Berkat untuk menyelamatkan bisnis camilan sebelumnya. Selain itu, Sri juga melihat peluang trend masyarakat yang mulai menyukai makanan tradisional.

Bisnis Sego Berkat ini juga sudah bisa ditemui pada layanan Go Food dan Grab Food di berbagai kota. Tak perlu jauh-jauh memesan dari Wonosari, Pacitan ataupun Wonogiri mungkin saja kuliner ini sudah bisa ditemui di kota anda sebagai obat rindu saat bertandang pulang ke kampung halaman. Seperti diberitakan pula oleh detik food,  mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang acapkali menyempatkan membeli Sego Berkat dalam jumlah banyak saat berkunjung ke Wonosari ataupun pulang kampung ke Pacitan.

Minggu lalu aku memesan Sego Berkat ini agak banyak untuk menyediakan makan siang para tenaga kesehatan. Mereka cukup antusias menerima bungkusan daun jati yang cukup besar dan rapih diikat dengan serat bambu. Nuansa tradisional berpadu dengan cita rasa kekinian membuat Sego Berkat ini disukai banyak kalangan. Dari anak muda hingga orangtua menggemarinya. Tertarik mencoba?

 

 

 

 

 

Gadjah Wong Resto: 23 Tahun Menebar Semangat Mindful Eating Untuk Customernya.

Melewatkan malam minggu bersama keluarga sembari ditemani sajian istimewa dan di tempat istimewa tentu semakin membawa perasaan bahagia. Moment makan untuk sebagian orang termasuk saya terkadang memunculkan suka cita dan semangat baru. Saya setuju, makan tak harus mahal dan dalam porsi banyak untuk membuat kenyang dan dikategorikan mewah. Makanan sehat, kaya nutrisi dan diolah dengan cara yang tepat semakin membuat istimewa perasaan hati, jiwa dan raga kita.

            Salah satu resto di Yogyakarta yang saya datangi di akhir pekan lalu adalah Gadjah Wong Garden Restaurant yang berlokasi di Jalan Gejayan. Tempat cantik nan hijau dengan atmosfer budaya Jawa, Bali dan Eropa ini sungguh membuat betah berlama-lama di sana. Siapa sangka dulunya tempat ini adalah lahan pembuangan sampah yang justru tidak pernah dilirik orang dan menimbulkan polusi udara, air dan tanah.

Pintu masuk restaurant ini bisa melalui akses sisi barat di depan jalan raya Affandi (dh. Gejayan) ataupun sisi timur yang terdapat dibagian belakang bangunan. Akses bagian belakang ini langsung menuju ke ruang bebek yang dilengkapi piano besar di sudut ruang. Biasanya di malam hari saat pengunjung ramai ruang ini melantunkan musik klasik.

Membuka buku menu, malam itu saya tertarik mencoba menu India diantara menu Indonesia dan Italy lainnya. Menu pembuka (appetizer) yang saya cicip adalah Beef Bitterballen dan Samosa. Keduanya memberikan kesan cita rasa yang berbeda. Rempah-rempah di dalam Samosa begitu kaya rasa berpadu dengan colekan yoghurt dan fresh mint. Potongan sayur yang masih utuh juga menambah mantap rasa dan tekstur Samosa.

Selanjutnya saya memilih menu soup ala India yaitu Mullygatawany with lentil. Sangat bersemangat mencoba soup ini karena sering mendengar lentil sebagai bahan yang sering dipakai dalam kuliner India. Soup ini disajikan agak pedas sesuai permintaan saya bersama roti Chapati atau Naan Bread. Beberapa rempah juga mendominasi soup ini walaupun tetap terasa ringan di lidah.

Menu utama (main course) yang saya pilih adalah Rogan Josh. Menu ini ternyata sangat special dan masuk dalam kuliner India terpopuler yang konon berasal dari Kashmir. Irisan daging lamb ternyata sangat empuk. Pada suapan pertama, saya merasa seperti mencicip gulai atau curry tetapi dalam versi aromatik yang berbeda. Masih disajikan dengan Naan bread dan yoghurt, saya sungguh menikmati setiap potongannya. Untuk lidah saya yang menyukai kaya rasa, merasakan daun ketumbar, cengkeh dan tomat segar secara bersamaan membuat mood  semakin baik. Oh yaa, ada taburan almond panggang di atas Rogan Josh ini yang membuat senyum ketika menyendoknya.

Saya menikmati makanan yang disajikan di sebuah joglo yang dinamakan ruang Gadjah. Joglo ini menghadap ke arah lahan berundak yang mengarah ke sungai Gadjah Wong. Sebuah joglo lain yang lebih besar bernama ruang Kura-kura berada di sebelah utara dan dilengkapi dengan perangkat gamelan jawa.

Banyak ikon gadjah tersebar di berbagai sudut restaurant. Nama Gadjah Wong sendiri selain karena adanya sungai Gadjah Wong yang mengalir disekitar lahan juga berarti Ganesha yaitu Dewa Pengayom dalam kepercayaan Hindu.

Sudut-sudut cantik berupa lorong, balkon, ornament pintu dan jendela yang melengkung menambah kental nuansa kolonial di tempat ini. Berpadu cantik dengan arsitektur jawa berupa joglo dan tatanan tanah yang berundak seperti landscape di Bali. Berkeliling tempat ini juga menambah rasa syukur bahwa kita berada di tanah Indonesia yang sangat subur, kaya budaya dan bermacam tanaman tropis yang tumbuh.

Ornament jendela melengkung

Sebagai makanan penutup (dessert) saya memilih home made ice cream dengan cita rasa unik ginger, cinnamon dan vanilla. Saya belum menemukan ice cream ini di tempat lain. Diantara ketiga rasa ice cream yang disajikan yang paling menjadi pilihan saya adalah rasa cinnamon dengan tekstur kayu manis yang dihancurkan menyerupai butiran sebesar pasir. Keunikan rasa dan  kreativitas ide dalam kuliner ini wajib dicoba. Saya sungguh merekomendasikan inovasi ini.

Ginger, Cinnamon, Vanilla Ice Cream.

            Restaurant ini buka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 12.00 hingga 21.00. Pada siang hari disajikan menu pilihan Indonesia dan Mexico dan pada malam hari dengan menu pilihan Indonesia, India dan Italy. Beberapa menu juga ingin saya coba di lain waktu karena semua yang telah saya cicip malam itu sangat memuaskan dan meninggalkan kesan menyenangkan saat beranjak pulang.   

Tertarik dengan hal-hal tentang makanan, saya mempunyai koleksi Ensiklopedia Makanan. Sangat menyenangkan dan mengejutkan mengetahui bahwa garam, gula dan kopi adalah barang dagangan yang sangat berharga pada abad pertengahan Bahkan perdagangannya diawasi sangat ketat.

            Selaras dengan konsep mindful eating yang diusung Gadjah Wong restaurant, kita juga dapat belajar tentang manfaat makanan. Makan harus dalam keadaan penuh kesadaran, membawa manfaat dan menimbulkan efek baik. Efek baik makanan selain membantu pertumbuhan dan melindungi diri dari berbagai penyakit, makan makanan yang baik juga dapat menimbulkan zat-zat yang dapat membantu menyembuhkan penyakit.

            Terkadang kita juga makan kudapan ketika kita tidak dalam keadaan lapar. Kudapan  acap kali membuat kita senang karena merupakan sesuatu yang kita sukai. Tapi hati-hati, jangan sampai berlebihan. Perhatikan kalori yang masuk. Tidak semua makanan ringan kalorinya juga ringan. Jika kita memakan gula dan lemak lebih banyak dari yang kita butuhkan, tubuh akan menyimpannya. Akibatnya kita akan menjadi gemuk.

            Mindful eating juga mengajarkan kepadaku cara makan yang baik. Makan dalam keadaan sadar pada apa yang kita makan, makan perlahan-lahan sambil mengamati apa yang masuk ke dalam tubuh dan mengetahui kwalitas makan seperti kebersihan dan kesegaran bahan. Gadjah Wong restaurant juga menanam berbagai bumbu yang digunakan di area kebunnya. Saus yang dipakai dalam sajian menu makanannya juga bukan saus pabrikan melainkan diolah sendiri dari tulang ayam, sapi atau lamb kemudian ditambahkan bawang bombay, bawang merah dan bawang putih dengan proses caramelized. Tentu saja, tidak menggunakan bumbu MSG atau penyedap rasa karena semua bumbu dibuat dari dapur sendiri.

Gadjah Wong Garden Restaurant

Jln. Affandi, Soropadan, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55281

(0274) 588294.

Selasa – Minggu

Lunch: 12.00-17.00

Dinner: 18.00-21.00

Berbuka Puasa dengan Indian Food Buatan Sendiri

Teman-teman suka berbuka puasa dengan menu apa? Mungkin suka mencoba-coba makanan asing atau makanan kekinian yang sedang trending di Instagram?

Beberapa hari lalu saya mencoba membuat Chapati dan Dal makanan khas India yang banyak ditemui pula di Pakistan. Walaupun menggunakan tepung terigu lokal Indonesia dan bahan-bahan yang mudah didapatkan, cita rasanya mirip kok dengan aslinya.

Tahun lalu, si Papap kesayangan berkesempatan belajar dan mengunjungi negara India dan Pakistan. Sepulang kerumah yang banyak diceritakan ke saya adalah kulinernya karena emaaaang istrinya ini suka makan, suka jajan, jarang masak. Moment bercerita tentang Chapati ini sukses membuat saya jadi rajin memotong bombay dan bikin adonan Chapati. Hahahaha…

Buat temen-temen yang mau mencoba buat, praktekkin bareng yuk..Bahan yang harus disiapkan untuk membuat Chapati adalah tepung terigu, lebih baik yang kandungan gandumnya lebih banyak, telur, garam, olive oil dan air matang. Sedangkan untuk membuat Dal atau isiannya digunakan kacang lentil, seledri, bawang bombay, daging (tentatif bila suka), tomat, kentang dan bubuk kari.

Cara membuatnya juga simple kok. Untuk membuat Chapati, campur terigu gandum, telur, garam sedikit, olive oil 1 sdm dan air sedikit demi sedikit sampai membentuk adonan. 1/4 kg terigu menggunakan 1 butir telur ayam dapat menghasilkan 7-8 lembar Chapati. Setelah jadi adonan dan telah didiamkan minimal 30 menit gunakan penggiling roti  sehingga menjadi lembaran seperti kulit lumpia. Setelah jadi lembaran, siapkan api kemudian goreng menggunakan wajan anti lengket dengan sedikit Olive Oil. Tanda Chapati matang yaitu ada warna kecoklatan pada permukaannya. Chapatinya sudah jadi deh…

Lanjutkan buat Dal atau kuah isiannya yuk..Caranya, rebus kacang lentil dengan daging sampai mendidih. Setelah mendidih masukkan kentang potong dadu, bubuk kari, bawang bombay, seledri, tomat yang sudah dicincang. Aduk dan perhatikan tekstur kacang sampai agak lembut menyerupai sup cream jagung. Ubah apinya menjadi lebih kecil sampai berbau harum kari dan daging.

Bila lebih suka selera pedas, potong cabe rawit setelah matang dan tambahkan sebagai isian. Cara makan orang Pakistan menurut Papap, sebenarnya disobek Chapati dan celupkan pada  Dal sebelum dimakan. Tetapi ala saya tetap ambil sendok untuk mengambil material daging dan kentang yang masih terlihat utuh saat makan Chapatinya.

Oh yaaa, Chapati juga disebut dengan nama berbeda di belahan daerah lain seperti Bangladesh, Nepal, dan Arab. Ada yang menyebutnya dengan Pita Bread, Paratha dan Roti Arab. Seperti India yang mempunya kondisi geografis yang beragam dan kaya rempah-rempah, daging sapi tidak digunakan dalam Dal tetapi lebih vegetarian dan berempah. Tetapi ala Pakistan campuran daging biasa digunakan.

Chapati ini bisa sebagai pengganti nasi. Saat berpuasa seperti sekarang, Chapati ini lebih ringan di perut dengan kandungan serat lebih tinggi dan energi lebih lama. Jadi lebih sehat juga khan? Dengan makan 2 lembar saja sudah mencukupi energi selama berpuasa 12 jam Insya Allah. Selamat mencoba juga yaa….

Macaroni Schootel yang tiada duanya…

picsart_01-25-06-07-46Di rumahku kalau ada yang ulang tahun, menu yang pasti tersedia bukanlah nasi kuning tapi macaroni schootel. Resep dapur keluarga ini sudah kucicip dari bayi. Mami menurunkannya dari Bude dan Eyang Putri yang mereka panggil Moes. (Dibaca Mus, panggilan Ibu di kalangan orang Belanda).

Resep dapur keluarga ini bahan-bahannya mudah ditemui di berbagai swalayan maupun pasar tradisional. Jadi sering deh kita masak dan menyediakan bahan-bahannya di lemari dapur. Sahabat dan teman dekat kami sekeluargapun sering mencicipnya.

Beberapa kali kuposting di FB ataupun Instagram tentang Macaroni Schootel ini tapi belum pernah kushare resepnya. Untuk temen-temen yang pengen coba dan sempat bertanya juga cara membuatnya, silahkan diikuti step by stepnya. Aku share di sini aja yaa…

Cincang bawang merah dan bawang bombay kemudian tumis pakai mentega sampai harum. Masukkan air sampai mendidih kemudian masukkan macaroni dan 2 sendok mentega sampai agak lunak dan air berkurang. Tambahkan daging giling atau daging cincang atau kornet, susu ultra low fat atau skim (optional) dan merica bubuk sedikit bila suka. Tambahkan telur dan potongan keju dadu sambil terus diaduk dan telur tercampur rata sampai macaroni pekat. Tampilannya creamy tapi bukan lumer lho. Kalo maniac keju tambahakan keju parut lagi.

Udah makin ngiler? Begini tampilan saat sudah di piring. Tergoda pengen bikin juga? Oh yaa, merk macaroni lokal yang sering kita pakai adalah La Fonte. Cobain yaa, ntar kalo sudah praktek crita-crita yaa!